MEMORANDUM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis analisis terkait prediksi hilal untuk menentukan awal Ramadan 1446 Hijriyah atau Ramadan 2025.
Berdasarkan data astronomi, posisi hilal menjadi salah satu faktor utama dalam menentukan kapan umat Islam di Indonesia akan memulai ibadah puasa.
Posisi Hilal Menurut BMKG
BMKG menggunakan metode hisab (perhitungan astronomi) untuk memprediksi kemungkinan visibilitas hilal di berbagai wilayah Indonesia.
Berdasarkan perhitungan tersebut, hilal awal Ramadan 2025 diperkirakan akan muncul setelah matahari terbenam pada hari yang menjadi acuan rukyatul hilal.
Menurut data BMKG, posisi hilal akan berada pada ketinggian tertentu dengan elongasi yang cukup untuk dapat diamati.
Namun, faktor cuaca dan kondisi atmosfer juga akan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan rukyat (pengamatan langsung) hilal oleh para pengamat di berbagai titik di Indonesia.
Potensi Perbedaan Penetapan Awal Ramadan
Dalam sejarah penetapan awal bulan Hijriyah, sering kali terjadi perbedaan antara metode hisab dan rukyat, yang dapat menyebabkan perbedaan dalam penetapan awal Ramadan.
BMKG sendiri hanya berperan dalam memberikan data astronomis, sementara keputusan final mengenai awal Ramadan tetap berada di tangan pemerintah melalui sidang isbat yang melibatkan berbagai pihak, termasuk Kementerian Agama, ormas Islam, serta ahli falak.
Jika hilal berhasil diamati sesuai dengan kriteria yang digunakan oleh pemerintah, maka awal Ramadan akan dimulai keesokan harinya.
Namun, jika hilal tidak terlihat, kemungkinan besar bulan Syakban akan digenapkan menjadi 30 hari, sehingga awal puasa akan dimulai sehari setelahnya.
Metode Hisab dan Rukyat dalam Menentukan Awal Ramadan
Dalam penentuan awal bulan Hijriyah, terdapat dua metode utama yang digunakan, yaitu:
1. Hisab
Metode ini menggunakan perhitungan astronomi untuk menentukan kapan hilal seharusnya bisa terlihat berdasarkan posisi matahari dan bulan.
2. Rukyat
Metode ini mengandalkan pengamatan langsung terhadap hilal setelah matahari terbenam. Jika hilal berhasil terlihat, maka bulan baru dimulai.
Di Indonesia, pemerintah mengakomodasi kedua metode ini untuk memastikan keseragaman dalam awal Ramadan.
Artikel ini ditulis oleh Choirul Nisa – mahasiswa magang di Memorandum


 
											



