SURABAYA,MEMORANDUM– Memiliki keterbatasan fisik bukan menjadi halangan bagi Kasiyo bin Joyo Wiono untuk mewujudkan impiannya menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Tukang pijat tuna netra asal Tabanan, Bali ini, pada akhirnya berhasil menapaki tanah suci setelah 11 tahun penuh perjuangan dan doa.
Kasiyo mendaftar haji pada tahun 2013, terdorong oleh keinginan kuatnya untuk menunaikan rukun Islam ke-5 ini. Penghasilannya sebagai tukang pijat disisihkan dengan disiplin untuk membiayai impiannya.
Jumlah yang saya tabung tidak menentu, patokannya adalah
penghasilan pijat dari 1-4 pasien untuk kebutuhan keluarga, lebih dari itu saya sisihkan.Jadi jika satu hari saya memperoleh 3 pasien, berarti hari itu saya tidak menabung untuk haji.
Apabila sehari ada 6 pasien, penghasilan dari 4 pasien saya pakai kebutuhan keluarga, sedangkan penghasilan dari 2 pasien untuk tabungan haji,” terangnya.
Kegigihan Kasiyo membuahkan hasil. Pada tahun 2024, ia mendapat panggilan untuk berangkat haji.
“Alhamdulillah, akhirnya cita-cita saya untuk berhaji ke tanah suci bisa terwujud,” ungkap Kasiyo dengan rasa bahagia.
Meskipun mengalami kebutaan sejak usia dua tahun, Kasiyo tidak pernah menyerah. Dia tetap optimis dalam menjalani kehidupan dan terus berusaha mewujudkan impiannya.
“Saya sudah bisa memijat mulai tahun 1975 ketika saya lulus sekolah,” terangnya ketika tiba di Asrama Haji Embarkasi Surabaya pada Kamis 30 Juni 2024. Dari kemampuan pijat itu, dia bisa menjadi PNS di Dinas Sosial sebagai pelatih pijat.
Pada tanggal 31 Mei 2024, Kasiyo terbang ke tanah suci bersama jemaah haji lainnya dari Provinsi Bali.
“Semoga di tanah suci saya bisa menunaikan ibadah haji dengan baik dan benar serta diberi kemudahan dan kelancaran. Saya berdoa selalu diberi kesehatan dan keselamatan, dan bisa pulang ke Bali dengan menjadi haji yang mabrur,” demikian harapan ayah dari tujuh anak ini.
Kasiyo juga mendoakan agar istri dan keluarga tercinta juga memperoleh kesempatan ke tanah suci.
“Dulu belum bisa mendaftar berdua bersama istri karena saat itu uangnya hanya cukup buat saya mendaftar sendiri. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan pada keluarga kami untuk bisa berhaji,” harapnya.
Kisah Kasiyo merupakan inspirasi bagi kita semua. Keterbatasan fisik tidak menjadi halangan untuk mencapai mimpi. Dengan tekad, doa, dan usaha yang keras, semua hal yang mustahil dapat menjadi mungkin.(*)