Mengapa Kue Nastar Selalu Hadir di Meja Saat Hari Raya?

oleh -644 Dilihat

MEMORANDUM – Hari Raya merupakan momen istimewa yang selalu dinantikan oleh banyak orang, baik saat Idul Fitri maupun Natal.

Salah satu tradisi yang tidak pernah absen dalam perayaan ini adalah kehadiran kue-kue khas, salah satunya adalah kue nastar.

Kue dengan isian selai nanas ini hampir selalu ada di meja saat Hari Raya. Lantas, mengapa kue nastar begitu identik dengan perayaan Hari Raya?

Makna Simbolis Kue Nastar

Kata “nastar” berasal dari bahasa Belanda, yaitu “ananas taart” yang berarti tart nanas.

Dalam budaya Tionghoa, nanas sering dikaitkan dengan keberuntungan dan kemakmuran.

Oleh karena itu, nastar dipercaya membawa keberkahan bagi yang menyajikannya, sehingga menjadi pilihan utama saat Hari Raya.

Tradisi yang Turun Temurun

Kue nastar telah menjadi bagian dari tradisi sejak zaman kolonial Belanda. Pada masa itu, kue tart yang menggunakan selai buah sudah populer di Eropa.

Di Indonesia, resep tersebut disesuaikan dengan bahan lokal, seperti nanas.

Seiring waktu, kebiasaan menyajikan nastar saat Hari Raya menjadi tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Rasa Manis yang Melambangkan Kebahagiaan

Hari Raya identik dengan kebahagiaan dan kebersamaan.

Nastar, dengan cita rasa manis dan sedikit asam dari nanas, melambangkan kebersamaan yang harmonis dalam keluarga.

Rasanya yang lezat membuatnya menjadi camilan yang digemari oleh semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa.

Mudah Dibuat dan Disajikan

Selain lezat, nastar juga mudah dibuat dan dapat bertahan lama.

Kue ini bisa disiapkan jauh-jauh hari sebelum Hari Raya tiba, sehingga menjadi pilihan praktis untuk disajikan kepada tamu yang berkunjung.

Hal ini menjadikan nastar sebagai pilihan favorit dalam menyambut tamu dengan suguhan yang istimewa.

Variasi yang Beragam

Meski klasik, nastar kini hadir dalam berbagai variasi, seperti nastar keju, nastar coklat, atau nastar dengan isian selai buah lainnya.

Inovasi ini membuat kue nastar semakin menarik dan tetap relevan dalam berbagai perayaan.

Artikel ini ditulis oleh Choirul Nisa – mahasiswa magang di Memorandum

Penulis: Choirul Nisa
Editor: Agus Supriyadi


No More Posts Available.

No more pages to load.