Mengenal Tahlilan, Sejarah dan Makna dalam Tradisi Islam Nusantara

oleh -1744 Dilihat
foto: freepik.com

MEMORANDUM – Masyarakat Indonesia terutama Jawa pasti sudah tidak asing dengan istilah tahlilan.

Tahlilan merupakan tradisi keagamaan yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Yang biasa melakukan tahlilan adalah kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

Tahlilan sudah menjadi tradisi bagi Muslim di Indonesia, terutama di Jawa.

Tahlilan berisi kegiatan keagamaan seperti membaca doa untuk seseorang yang sudah meninggal dunia, namun bisa juga untuk acara selametan.

Sejarah Tahlilan

Tahlilan bukanlah perintah dari Allah maupun Rasulullah SAW, maka dari itu tahlilan tidak ada di dalam Al Qur’an maupun hadis.

Tahlilan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang di Indonesia, yaitu sejak zaman Indonesia Hindu Budha.

Tahlilan ini merupakan ajaran dari wali-wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa, terutama Walisongo.

Tahlilan diyakini berasal dari akulturasi ajaran Islam dengan budaya lokal yang sudah ada sebelumnya.

Masyarakat Indonesia zaman dulu sudah biasa melakukan kenduri atau berpesta dan melakukan makan makan bersama.

Kemudian saat agama Islam mulai masuk ke Indonesia, para wali yang menyebarkan Islam mulai memasukkan tahlilan sebagai bentuk akulturasi.

Dengan menambahkan unsur zikir dan doa bersama bagi arwah yang sudah meninggal, tahlilan sudah berubah semenjak saat itu.

Tujuan Tahlilan

Tahlilan memiliki tujuan yang berbeda-beda, namun biasa dilakukan untuk memperingati arwah yang sudah meninggal.

Tahlilan biasanya dilakukan saat hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 setelah seseorang meninggal.

Puncaknya tahlilan juga dilakukan setiap tahun saat seseorang meninggal atau yang biasa yang disebut haul.

Acara tahlilan bukan hanya berisi zikir dan doa, akan tetapi ada beberapa kegiatan setelahnya.

Biasanya acara tahlilan berisi mulai dari pembacaan surat Al Fatihah, membaca surat Yasin, membaca zikir dan tahlil, membaca doa bersama, kemudian ditutup dengan makan bersama sebagai bentuk sedekah.

Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa tahlilan ini adalah bid’ah, akan tetapi ulama NU tetap menganjurkan untuk melakukan tahlilan.

Dikarenakan tahlilan adalah bagian dari ibadah yang nilainya positif selama tidak bertentangan dengan agama Islam.

 

Artikel ini ditulis oleh Muhammad Abiel Mahasin – mahasiswa magang di Memorandum

 

Penulis: Muhammad Abiel Mahasin
Editor: Agus Supriyadi


No More Posts Available.

No more pages to load.