Sahur Sehat Tanpa Tidur, Tips Mengatasi Efek Buruk Tidur Setelah Makan Sahur

oleh -594 Dilihat
foto : pexels

MEMORANDUM — Di tengah sunyi dini hari, saat suara azan Subuh berkumandang, umat Muslim bergegas menyantap hidangan sahur.

Momen ini bukan hanya tentang mengisi perut, tetapi juga mempersiapkan diri untuk menahan lapar dan dahaga sepanjang hari.

Namun, sering kali, godaan untuk kembali ke tempat tidur setelah sahur begitu kuat. Padahal, kebiasaan ini dapat membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan.

Setelah perut terisi, kita langsung merebahkan diri. Proses pencernaan yang seharusnya berjalan lancar menjadi terhambat. Makanan yang belum tercerna sempurna dapat menimbulkan gas, rasa kembung, bahkan nyeri yang mengganggu.

Belum lagi, posisi berbaring memudahkan asam lambung naik ke kerongkongan, menciptakan sensasi terbakar yang tidak nyaman. Lebih dari itu, tidur setelah sahur dapat memicu kenaikan berat badan.

Tubuh kita, yang seharusnya membakar kalori setelah makan, justru “istirahat” dan menyimpan kalori yang tidak terpakai sebagai lemak.

Kualitas tidur pun terganggu, membuat kita merasa lelah dan lesu sepanjang hari. Bahkan, kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, sebuah ancaman kesehatan yang serius.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami efek samping tidur setelah sahur dan mengambil langkah-langkah pencegahan.

Dengan memberi jeda waktu antara sahur dan tidur, memilih makanan yang tepat, dan menerapkan gaya hidup sehat, kita dapat menjaga kesehatan tubuh selama bulan Ramadan.

Berikut adalah beberapa efek samping tidur setelah sahur dan tips untuk mengatasinya:

Efek Samping Tidur Setelah Sahur

Gangguan Pencernaan

Saat tidur, proses pencernaan melambat. Makanan yang belum sepenuhnya dicerna dapat menyebabkan perut kembung, begah, dan nyeri ulu hati.

Peningkatan Asam Lambung

Tidur dalam posisi berbaring memudahkan asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan heartburn atau GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).

Kenaikan Berat Badan

Tidur setelah makan dapat menghambat pembakaran kalori.

Kalori yang tidak terpakai akan disimpan sebagai lemak, yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan.

Kualitas Tidur Buruk

Tidur setelah makan sering kali tidak nyenyak.

Perut yang tidak nyaman dan gangguan pencernaan dapat membuat Anda sering terbangun di malam hari.

Peningkatan Risiko Diabetes

Tidur setelah makan dapat meningkatkan kadar gula darah secara signifikan, terutama jika makanan yang dikonsumsi tinggi karbohidrat.

Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Rasa Lelah dan Lesu

Meskipun tidur, kualitas tidur yang buruk dapat membuat kita merasa lelah dan lesu sepanjang hari.

Sakit Kepala

Gangguan pencernaan dan perubahan kadar gula darah dapat memicu sakit kepala.

Tips Mengatasi Efek Samping Tidur Setelah Sahur:

Beri Jeda Waktu

Usahakan untuk memberi jeda waktu minimal 2-3 jam antara sahur dan tidur.

Gunakan waktu ini untuk beraktivitas ringan, seperti membaca Al-Quran atau mempersiapkan diri untuk beraktivitas.

Pilih Makanan yang Tepat

Konsumsi makanan yang kaya serat, protein, dan lemak sehat saat sahur.

Hindari makanan yang terlalu manis, berlemak, dan pedas.

Hindari Minuman Berkafein

Kafein dapat mengganggu kualitas tidur. Hindari kopi, teh, dan minuman berenergi saat sahur.

Cukupi Kebutuhan Cairan

Minum air putih yang cukup saat sahur untuk membantu proses pencernaan dan mencegah dehidrasi.

Tidur dengan Posisi yang Tepat

Jika terpaksa tidur setelah sahur, gunakan bantal tambahan untuk meninggikan posisi kepala.

Hal ini dapat membantu mencegah asam lambung naik.

Olahraga Ringan

Lakukan olahraga ringan setelah sahur, seperti berjalan kaki atau peregangan.

Olahraga dapat membantu mempercepat proses pencernaan dan meningkatkan kualitas tidur.

Kelola Stres

Stres dapat memperburuk gangguan pencernaan.

Lakukan teknik relaksasi, seperti meditasi atau pernapasan dalam, untuk mengelola stres.

Konsultasi dengan Dokter

Jika Anda mengalami gangguan pencernaan yang parah atau gejala lain yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan dokter.

 

Artikel ini ditulis oleh Ratih Iska Azhari, mahasiswa magang di Memorandum.

Penulis: Ratih Iska Azhari
Editor: Agus Supriyadi


No More Posts Available.

No more pages to load.