Doa Iftitah dalam Salat, Perbedaan dan Kekayaan Khazanah Islam di Indonesia

oleh -1806 Dilihat
foto: unsplash.com

MEMORANDUM – Salat merupakan salah satu ibadah yang menjadi kewajiban bagi setiap Muslim.

Ibadah ini juga sekaligus menjadi sarana komunikasi antara seorang hamba kepada Sang Khaliq yaitu Allah SWT.

 

Ibadah ini memiliki tata cara yang sudah diatur, urut, dan juga penuh akan makna secara spiritual, dimulai dengan takbiratul ihram yang menjadi penanda mulainya komunikasi seorang hamba dengan Tuhannya.

 

Salah satu bacaan yang penting untuk dibaca di dalam salat adalah doa iftitah, yaitu doa yang dibaca tepat setelah takbiratul ihram.

 

Doa iftitah berisi tentang pujian dan pengagungan kepada Allah SWT, serta sebagai persiapan bagi hati seorang hamba untuk menjalani salat supaya lebih khusyuk.

 

Menariknya, ternyata terdapat perbedaan dalam bacaan doa iftitah di antara berbagai mazhab yang diikuti, yaitu 4 mazhab besar.

Indonesia yang kebanyakan diisi oleh 2 aliran besar yaitu NU dan Muhammadiyah, rupanya juga memiliki perbedaan dalam membaca doa iftitah.

Hal ini menunjukkan adanya kekayaan khazanah ilmu fikih yang sudah berkembang di tengah masyarakat Indonesia.

 

Doa Iftitah menurut NU

Di dalam pandangan Nahdlatul Ulama (NU) yang mana mengikuti mazhab Syafi’i, membaca doa iftitah di dalam salat hukumnya adalah sunah muakad (sangat dianjurkan).

Membaca doa iftitah ini tidak diwajibkan, akan tetapi jika melewatkannya akan mengurangi keutamaan salat tersebut.

Maka dari itu, orang-orang NU dianjurkan untuk membaca doa iftitah di dalam salat.

 

Doa Iftitah menurut Muhammadiyah

Sama halnya dengan NU, ulama Muhammadiyah juga sepakat bahwa membaca doa iftitah ketika memulai salat hukumnya adalah sunah.

Muhammadiyah juga tidak menghukumi wajib untuk membaca doa iftitah ini, akan tetapi akan mengurangi keutamaan salat jika tidak membacanya.

Maka dari itu, doa iftitah disunahkan untuk dibaca ketika mengerjakan salat.

Akan tetapi, bacaan doa iftitah yang dibaca oleh orang NU dan Muhammadiyah memiliki perbedaan.

Perbedaan bacaan doa iftitah antara NU dan Muhammadiyah ini cukup terlihat, itu dikarenakan bacaannya yang tidak mirip dan benar-benar berbeda.

 

Lafal Doa Iftitah menurut NU beserta artinya

اللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Allahu akbar kabira walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrotaw washila inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal arha hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin, inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin la syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin

Artinya: “Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyak pujian. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan wajahku kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan Semua Alam, tiada sekutu bagi-Nya. dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang Muslim”.

 

Lafal Doa Iftitah menurut Muhammadiyah beserta artinya

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ ، وَالثَّلْجِ ، وَالبَرَدِ

Allahumma baaid baynii wa bayna khotoyaaya kamaa baa’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khotoyaaya bil maa-iwats tsalji wal barod.

Artinya: “Ya Allah jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat, ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana bersihnya baju putih dari kotoran, ya Allah basuhlah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin”.

 

Artikel ini ditulis oleh Muhammad Abiel Mahasin – mahasiswa magang di Memorandum

 

Penulis: Muhammad Abiel Mahasin
Editor: Agus Supriyadi


No More Posts Available.

No more pages to load.